Bagaimana seharusnya anak Tuhan menghadapi Krisis

Bagaimana seharusnya anak Tuhan menghadapi Krisis By: Pastor Edwer Dethan 

Ayub berkata kepada istrinya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila!”

Krisis menimbulkan persoalan dalam keluarga. Kita alami itu sekarang, virus corona telah membuat orang harus mengisolasi diri; dimana-mana timbul kecemasan; kecemasan karena tidak tahu apa yang terjadi dengan diri kita.

Kecemasan ini menimbulkan kekacauan. Kekacauan bukan saja dalam pribadi orang tetapi juga dalam hubungan pribadi lepas pribadi. Bagaimana keluarga Kristen berhadapan dengan krisis ini?

Ketahuilah bahwa Tuhan yang kita sembah ini bukanlah Tuhan yang buta dan tuli;  Dia tahu akan situasi kita. Karena itu, jauh sebelumnya Dia telah memberitahukan kepada kita tentang bagaimana kita dapat  menghadapi akan virus corona ini. Hal itu dapat kita belajar dari Firman Tuhan, tetapi secara khusus lewat kitab Ayub.

Lewat kehidupan Ayub, Tuhan mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya orang Kriste, keluarga Kristen menghadapi krisis.

Dalam krisis Ayub berkata kepada istrinya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila”. Itu adalah kalimat yang keras.

Pasti anda bertanya – tanya; mengapa Ayub begitu tega. Ini semua karena krisis yang dialami oleh keluarga Ayub. Ayub telah kehilangan anak – anak dan harta bendanya.

Sekarang Ayub harus berhadapan dengan sakit – penyakit. Dimanakah Tuhan? Mengapa Tuhan yang baik membiarkan orang yang saleh seperti Ayub menderita. Kitapun sekarang ini pasti bertanya – dimanakah Tuhan saat kita berhadapan dengan virus corona? Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan ini saya mengajak saudara melihat pertama-tama

Ayub 2:7

“Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN,

lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk

dari telapak kakinya

sampai ke batu kepalanya.”

Ayub kemudian mendapat sakit – penyakit yang tidak ada duanya. “ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk” – Artinya bahwa Ayub mendapatkan infeksi dalam tubuhnya sehingga – tubuhnya membusuk;

bukan hanya sebagian tubuh Ayub yang membusuk karena infeksi tetapi seluruh tubuh Ayub – “dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya

Bayangkan betapa menderitanya Ayub. Ada luka infeksi diseluruh tubuhnya – dan luka-luka itu membusuk. Mengapa membusuk? Membusuk karena bakteri atau ulat – cacing yang telah hidup didalam tubuhnya. Hampir seperti orang yang terluka karena sakit kusta.

 

Dalamnya Stress

Mungkinkah orang yang menderita sakit ini dapat tidur dengan baik? Firman Tuhan berkata bahwa Ayub gelisah; gelisah bukan saja karena stress tetapi juga karena penyakit tersebut. Ia tidak bisa duduk tenang – Ia tidak bisa tidur dengan tenang. Perhatikan gambaran hidup Ayub dalam ayat 8:

“Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.”

Sungguh amat menderita! Sudah hilang harta, hilang keluarga – sekarang hilang kesehatan – menderita sakit yang mengerikan dan hampir mati.

Bagaimana jikalau anda adalah seorang Ayub? Masih mau datang ke gereja? Masih mau mengatakan terpujilah nama Tuhan? Masih mau menyanyi “Yesus Malole”? Bagaimana perasaanmu kalau itu adalah suamimu atau istrimu?

 

Cobaan ini tidak datang hanya kepada Ayub saja tetapi juga kepada istrinya!

 

Apa nasihatmu terdapat kekasihmu (suami/istri) jikalau hal ini menimpa dia? Apakah anda akan tetap nasihati dia untuk tetap percaya kepada Tuhan? Saya harap kita akan tetap menasihati orang kekasih kita untuk tetap bertahan dalam Tuhan meskipun dia dalam keadaan sakit.

Tetapi tidak demikian dengan istri Ayub. Istri Ayub bersikap berbeda dengan Ayub dalam menyikapi krisis dalam keluarga.

Istrinya berkata kepada Ayub:

 

“Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?

Kutukilah Allahmu dan matilah!” (2:9)

Saudara bisa membayangkan apa yang dimaksudkan oleh isterinya. Isteri Ayub adalah orang yang terdekatdengan Ayub. Tetapi apa nasihat orang terdekat ini?

“Engkau terus menerus mau mengikut Tuhan, lihatlah hartamu semua di ambil, sekarang badan Engkau rusak dan Engkau sakit yang hampir mati, kutukilah Allahmu dan matilah!” atau dalam bahasa sekarang, Engkau stop datang gereja; Pergi sajalah ke dukun-dukun, menyembah di batu-batu sana, Kutukilah Tuhan dan akhirilah hidupmu dengan bunuh diri!

Kita bisa membayangkan, pergolakan pergumulan keluarga dalam penderitaan. Tidak gampang. Ini adalah hal – hal yang betul-betul mengerikan.

Alkitab tidak menggambarkan bahwa Ayub dan istrinya pernah punya masaalah sebelum cobaan ini. Alkitab juga tidak menggambarkan bahwa isteri Ayub ini adalah orang kafir, orang yang tidak kenal Tuhan. Isteri Ayub adalah orang yang kenal Tuhan sama seperti Ayub.

Karena itu boleh dikatakan bahwa problem ini bukan saja datang kepada Ayub tetapi kepada keluarganya (istri dan suami). Apakah mereka berdua akan sehati dalam menghadapi akan problem hidup?

Ini adalah pergumulan antara seorang isteri dan seorang suami yang Kristen dalam menghadapi akan pergumulan hidup, penderitaan dan kemiskinan. Bagaimana seorang suami menjawab akan seorang isteri? Bagaimana seorang isteri menjawab akan seorang suami dalam menghadapi akan tantangan hidup?

 

Isteri Ayub jatuh

Tidak usah heran melihat akan kejatuhan istri Ayub. Kejatuhan istri Ayub menunjukkan bahwa dia juga adalah keturunan Adam dan Hawa sama seperti saudara dan saya. Kita sudah dibaptis (sama seperti Ayub dan istrinya juga sudah menerima tanda perjanjian) tetapi tidak berarti bahwa kita tidak akan pernah jatuh kedalam dosa.

Alkitab menjelaskan bahwa ada anak – anak Tuhan ketika dicobai juga jatuh. Lihatlah akan kehidupan Petrus, murid Tuhan Yesus. Petrus pada suatu saat mengatakan dengan lantang bahwa Yesus adalah Tuhan, sang Mesias. Dia mengaku bahwa Yesus adalah Mesias tetapi tak lama kemudian Petrus jatuh – dan kejatuhan Petrus begitu dalam(Matius 16); karena itu Tuhan menghardik Petrus:

“Engkau Iblis, enyahlah, Engkau dari hadapan-Ku!” Petrus jatuh. Petrus, orang yang dekat dengan Tuhan jatuh berulang kali –  bahkan sampai menyangkal Tuhan.

Jadi kita tidak usah heran kalau isteri Ayub jatuh. Tetapi fokus Tuhan ialah Ayub; karena Iblis menantang akan pekerjaan Tuhan dalam diri Ayub.

Iblis bermaksud untuk menjauhkan kita dari Tuhan, Dia mau supaya kita lari daripada Tuhan. Itu tujuannya!

Apa strateginya? Iblis memakai penderitaan hidup untuk menjatuhkan kita. Iblis juga kadang memakai orang terdekat kita untuk menggoda kita. Dalam hidup Ayub, Istri Ayub dipakai. Bagaimana dengan engkau? Siapa yang dipakai Iblis dalam keluargamu?

Perhatikan bahwa Iblis dapat memakai orang yang terdekat sekalipun untuk menjatuhan dan merusak rumah tangga kita. Itu strategi Iblis.

 

Anak Tuhan dikuatkan Tuhan

Apa tanggapan Ayub? Ayub tahu bahwa Iblis telah menyerang keluarganya lewat orang terdekatnya (istrinya).

Jangan lupa bahwa pada saat ini Ayub dan istrinya sendiri didalam rumah tangga mereka. Apalagi Ayub dalam keadaan sakit parah – dia membutuhkan pelayanan. Dan istrinya adalah teman curhatnya sekaligus teman yang setia melayani Ayub.

Haruskah Ayub menegur istrinya yang mengajaknya untuk melawan Tuhan? Kalau Ayub marah kepada istrinya dan istrinya juga marah dan meninggalkan dia – apa yang terjadi dengan Ayub?

Ini pergumulan keluarga. Tetapi Ayub tidak goyah; Sebab ini bukan masaalah memilih diantara mencintai Tuhan atau istri. Bukan! Ini adalah masaalah total komitmen terhadap Tuhan.

Maka Ayub yang adalah anak Tuhan (yang telah diterangi oleh Tuhan dengan Roh; yang telah dikuatkan oleh Tuhan dengan Firman-Nya) tidak segan-segan menegur istrinya dengan kata-kata yang keras:

 

 “Engkau berbicara seperti perempuan gila!”

Didalam bahasa asli, kat yang dipakai bukan kata gila tetapi bodoh. Dengan kata lain, Ayub berkata: “Hai, isteri engkau berbicara seperti orang bodoh!”

Kadang-kadang kita terlalu cepat dalam mengucapkan kata ‘bodoh’ kepada anak kita, atau istri/suami kita. Kadang kita juga mendengar pendeta mengata – ngatai orang dengan kata ‘bodoh’.

Kita tidak boleh mengatakan seseorang itu bodoh hanya karena dia kurang memahami apa yang kita maksudkan. Alkitab tidak pernah menganjurkan kita untuk mengatakan bodoh kepada seseorang karena dia lamban dalam berpikir.

Alkitab memang berbicara tentang orang bodoh. Tetapi siapakan orang bodoh yang dimaksudkan oleh Alkitab.

Daud berkata dalam Mazmur 14:1

“Orang bebal (bodoh) berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.”

Inilah yang dimaksudkan Ayub tatkala dia mengatakan ‘bodoh’ kepada istrinya. Jadi, orang bodoh bukanlah orang yang tidak sekolah; orang bodoh bukanlah orang tidak yang tidak tahu baca buku; orang bodoh bukanlah orang yang tidak punya sarjana; TIDAK.

Orang bodoh adalah orang yang tidak mau mengakui akan keberadaan; orang bodoh adalah orang yang menolak akan Tuhan; orang bodoh adalah orang yang tidak mau taat akan Firman Tuhan; orang bodoh adalah orang mengutuk Tuhan; singkatnya orang bodoh adalah orang yang tidak mau ikut Tuhan tetapi ikut Iblis.

Ayub melihat bahwa istrinya telah dipengaruhi oleh Iblis, karena itu dia berkata ‘engkau berbicara seperti perempuan bodoh’.

Dan ini tidak salah. Karena itu Tuhan mengatakan dalam semuanya itu, Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Keras memang kata – kata Ayub ini. Ayub harus perbuat, karena Dia mengetahui di dalam pikiran isterinya, perkataan isterinya ada strategi Iblis untuk merusak keluarganya. Kita memang mesti paham ini – jangan biarkan Iblis merusak keluargamu. Tegurlah dengan keras jikalau anda melihat kekasihmu telah dipengaruhi Iblis.

Jangan cari pacar yang bodoh

 

Bagi saudara yang lagi mencari pacar. Carilah pacar yang takut Tuhan. Jangan cari orang yang bodoh! Jangan cari laki-laki bodoh! Jangan cari perempuan yang bodoh. Carilah laki-laki dan perempuan yang takut akan Tuhan, supaya engkau tidak dibodohi.

 

Akuilah bahwa semuanya datang dari Tuhan

Selanjutnya Ayub berkata: Apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima yang buruk?

Ayub tidak tahu Katekismus Heidelberg tetapi dia mengungkapkan seperti yang Katekismus ungkapkan. Katekismus minggu ke-10 mengatakan, bahwa semua itu datang daripada Tuhan. Hujan, kemarau, sakit penyakit semua datang dari Tuhan. Maka itu Ayub mengatakan, kalau yang baik kita terima, yang burukpun juga harus kita terima. Karena tidak ada satupun peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi di luar kehendak Tuhan.

I                tu jugalah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus bahwa sehelai rambut pun tidak akan jatuh dari kepala kita tanpa pengetahuan Bapak kita yang di sorga (Lukas 21:18); Apalagi sakit penyakit di dalam hidup kita, itu ada maksudnya.

Ya, ini adalah pengakuan Ayub, seorang anak Tuhan. Dan Firman Tuhan mengatakan, bahwa dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Mengapa Tuhan mengatakan ini? Alkitab tidak mengatakan apa yang terjadi dalam pikiran Ayub tetapi dalam bibir yang keluar dari bibir Ayub, dia tidak berdosa.

Namun kita tidak tahu pikiran Ayub, mungkin dia juga lagi berpikir mengapa ini terjadi dalam hidupnya, mungkin pikiranya juga itu telah terkonteminir dengan pertanyaan seperti isterinya, Dia harus melawan isterinya. Dia bukan orang sempurna, semua orang jatuh termaksud Ayub.

Karena itu jangan kita mengidolakan Ayub. Kitab Ayub bukan sejarah tentang hidup Ayub; kitab ini membuka rahasia kuasa Tuhan dalam memperlengkapi anak Tuhan dalam menghadapi Iblis.

Kitab ini berbicara tentang bagaimana Tuhan memimpin orang seperti Ayub, orang seperti saudara di dalam kehidupan saudara di dalam penderitaan, di dalam sakit penyakit?

Virus corona telah menjadi masalah dunia; Indonesia akan diperhadapkan dengan penderitaan yang luar biasa, tidak terkecuali kita, orang – orang Kristen. Kitapun ditantang tentang bagaimana menghadapi virus ini dalam hubungannya dengan peribadatan kita. Pemerintah telah menghimbau agar kita tidak memperburuk situasi dengan berkumpul ditempat tempat perkumpulan seperti didalam gedung gereja. Kita harus menjaga jarak supaya virus itu bisa distop. Pendeta dan majelis gereja ditantang untuk mengambil keputusan apakah melanjutkan kebaktian gereja atau mengikuti nasihat Tuhan?

Kita diajar untuk menghormati akan pemerintah kita (Roma 13); apalagi dalam himbuan itu Pemerintah bukan bermaksud untuk melarang kebaktian tetapi sebaliknya mengajak kita untuk beribadah dirumah masing-masing sembari berdoa agar virus ini bisa distop. Melawan dan memaksakan diri untuk beribadah ditempat kebaktian yang berpotensi untuk menyebarkan virus adalah sesuatu yang justru berlawanan dengan Firman Tuhan. Kita tidak mau bertindak seperti orang yang bodoh – yang tidak mengenal Allah. Allah mengajarkan kita untuk hidup taat dan memakai akan segala hikmat yang Tuhan berikan kepada kita – dan tidak bertindak bodoh yang dapat menjalakan diri kita sendiri.

Mampukah kita menghadapi masaalah kita? Kita bisa, Mengapa bisa? Kita lebih baik daripada Ayub; Karena kita telah mempunyai seluruh Firman Tuhan.

Ayub tidak tahu ini bahwa ini semua telah dibicarakan oleh Tuhan dengan Iblis. Kita tahu ini.  Apalagi Tuhan telah menggenapkan akan seluruh Firman ini di dalam diri anak-Nya Yesus Kristus. Tuhan Yesus dengan segala macam cobaaan dalam hidupnya, Dia tidak pernah berbuat dosa. Dalam bibir pikirannya semuanya Dia tidak pernah berbuat dosa bahkan sampai Dia mati di atas kayu salib, Dia ditinggalkan, Dia tidak pernah berbuat dosa.

Kita bukan ikut teladan Ayub tetapi kita lihat Yesus yang adalah Juruslamat kita dan Dia menjadi penjamin bahwa kita bisa melalui akan seluruh penderitaan ini dengan tetap teguh; tetap kuat; karena Kristus telah dahulu melalui, kita pun akan melalui itu. Amin