Oleh: Chris I. Nguru
Setiap hari ada kelahiran di muka bumi, tetapi hanya ada 1 kelahiran yang disebut Natal dan dirayakan sampai saat ini. Natal siapa? Natal Kristus: Anak Allah yang lahir di Betlehem, dua ribu tahun silam. Hanya Natal itu yang menceritakan kasih yang agung.
Sehubungan dengan hal di atas, Yohanes 3:16a berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…” Berapa persen (%) kasih Allah akan dunia ini? 100%?? Bukan! Tentu saja kadar kasih tidak bisa dihitung secara matematis. Pemazmur mengatakan bahwa kasih Allah itu besar mengatasi langit (Maz 108:5). Siapa yang bisa menghitungnya?! Tidak ada. Sebab kasih Allah itu melampaui segala akal dan perhitungan kita. Karena kasih-Nya kepada kita, Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua (bdk. Roma 8:32a).
Natal itu menyatakan kasih Allah, sekaligus menuntut kepercayaan kita kepada Kristus, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16b).
Kasih Natal itu menyatakan Anugerah Allah. Itulah anugerah Allah yang menyelamatkan, orang berdosa oleh iman. Hanya oleh iman (sola fide). Kasih yang menyelamatkan itulah yang mendatangkan suka-cita dan damai-sejahtera. Namun, kasih Natal itu tidak membuat kita menjadi penyebab suka-cita orang lain. Kita hanyalah saluran kasih Allah kepada orang lain. Kita menyatakan/mengkomunikasikan kasih Allah. Kasih dari Allah sendiri. “Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (I Yohanes 4:19).